Wellcome to Billix Studio

Selamat datang di Web Log layanan Edukasi dan Fotografi Kota Cirebon

Billix Studio Conceptual

Melayani Jasa Fotografi Berkonsep dengan Tema Berbeda.

Billix Studio Solution

Memberikan Solusi dan Tanya Jawab seputar Fotografi Kota Cirebon.

Billix Studio Education Learning

Belajar dan berbagi seputar informasi, pembelajaran dan tips fotografi.

Billix Studio Wedding, Event and Documentation Service

Melayani Kebutuhan Jasa Fotografi Wedding, pre Wedding, Event, Liputan dan Dokumentasi.

Tuesday 30 July 2013

Aksesoris Penting Pendukung Kamera DSLR





Bagi anda seorang fotografer pemilik kamera SLR ataupun DSLR yang serius untuk mendapatkan hasil yang maksimum menggunakan kamera anda, pastinya anda akan memerlukan aksesoris pendukung untuk mendapatkan hasil yang maksimal menggunakan kamera anda. Seiring dengan jam terbang yang meningkat, cepat atau lambat anda akan mulai berpikir untuk menambah aksesoris fotografi untuk melengkapi kamera DSLR dan lensa anda.

Untuk menyeimbangkan isi dompet, anda perlu untuk membuat prioritas belanja aksesoris. Jadi, sebenarnya aksesoris fotografi apa saja sih yang paling berguna bagi pemilik DSLR? berikut berikut aksesoris yang saya rasa anda perlukan :
  1. Tas Kamera
    Tersedia beragam jenis tas kamera di pasaran, tinggal pilih yang sesuai selera: dari backpack, ikat pinggang, sling-slide (menyamping) sampai yang mirip koper. Yang jelas tas kamera disini berfungsi agar kita bisa menyimpan kamera, lensa yang kita miliki serta beberapa aksesoris yang kita perlukan selama bepergian secara aman. Tidak jatuh, aman dari benturan dan aman dari air.
  2. Kit Pembersih
    Untuk menjaga kondisi eksterior lensa dan kamera agar selalu bersih, anda memerlukan lap mikrofiber dan cairan pembersih khusus. Terutama untuk lensa, sebisa mungkin anda melindungi lensa dengan filter UV, biasanya untuk lensa cukup gunakan blower dan Kit pembersih yang bisa dibeli di toko-toko kamera.
    Saya tidak menyarankan anda membersihkan bagian interior kamera (apalagi sensor), serahkan saja pada ahlinya: biasanya toko kamera menyediakan layanan sensor cleaning. Toh kebanyakan SLR sekarang memiliki fasilitas self-cleaning yang cukup handal untuk menyapu debu dari sensor.
  3. Tripod
    Tripod, monopod, gorillapod, apapun fungsinya adalah membantu anda menghasilkan foto yang tajam saat mengambil long eksposur / long shutter. Dibandingkan jenis lainnya, tripod masih tetap paling populer, karena relatif lebih handal dan tangguh.
    Pastikan anda membeli tripod dengan kemampuan menahan beban yang cukup, kaki-kakinya cukup gampang di perpanjang dan diperpendek, memiliki mekanisme pemasangan dan pelepasan kamera yang enak serta memiliki kepala dengan gerakan yang fleksibel.
  4. Flash Eksternal
    Flash ekternal akan secara drastis meningkatkan kualitas foto anda jika dibandingkan dengan anda saat menggunakan flash bawaan yang melekat di kamera SLR. Memiliki power yang jauh lebih besar, kemampuan kontrol yang jauh lebih fleksibel, dan kita bisa mengatur arah pencahayaan yang jatuh ke obyek secara lebih mudah.
    Dengan flash eksternal anda akan bisa menghasilkan pencahayaan yang jauh lebih lembut, rata dan cerah dibandingkan dengan menggunakan flash bawaan.
  5. Filter
    Filter adalah aksesoris yang cukup esensial bagi sistem SLR. Dari beragam jenis filter, ada 3 jenis yang layak anda pertimbangkan untuk dibeli, diantaranya :
    • Filter Proteksi (Filter UV atau Netral) – fungsi nyatanya adalah melindungi lensa anda, filter ini relatif murah sehingga anda akan "ikhlas" menjadikannya sebagai bemper yang dipasang didepan lensa. Biarkan filter yang bersentuhan dengan udara kotor-tangan-cipratan air, dan bukan lensa yang harganya bisa berlipat-lipat lebih mahal.
    • Filter Polarisasi atau CPL – mengubah langit sehingga terlihat lebih "dalam", menghilangkan refleksi di air (atau kaca) dan agar pepohonan tampak lebih hijau. Gampangnya, filter ini ibarat kacamata hitam bagi lensa anda.
    • Filter ND (Neutral Density) dan Grad-ND – mengurangi jumlah cahaya yang masuk ke kamera anda. Jika anda ingin menghasilkan foto air terjun yang tampak seperti kapas (shutter panjang) sementara hari masih terlalu siang, maka anda akan memerlukan Filter ND supaya cahaya bisa dikurangi. Sementara filter ND Gradasi (Grad-ND) berfungsi seperti ND dengan tingkat penggelapan yang bersifat gradasi (bagian atas lebih gelap dan semakin ke bawah semakin terang). Grad-ND sangat berguna saat anda akan memotret landscape yang melibatkan langit, karena beda terang yang sangat mencolok antara langit dan tanah.
  6. Shutter Release
    Selain tripod, aksesoris tambahan yang akan meningkatkan ketajaman hasil foto anda adalah shutter release. Dengan shutter release, kita tidak perlu memencet tombol shutter di kamera, cukup gunakan shutter release sehingga anda bisa mengaktifkan shutter dari jauh. Fungsinya mirip remote control TV anda. Shutter release tersedia dalam 2 pilihan : kabel dan wireless.
  7. Verikal Grip (VG)
    Jika anda mulai lebih intensif memotret sementara kamera anda belum memiliki fitur pegangan vertikal dari sananya, belilah vertikal grip tambahan. Selain sangat membantu saat  memotret dalam orientasi portrait (vertikal), VG juga berfungsi sebagai batere cadangan, sehingga tidak perlu khawatir kehabisan batere saat asyik menjepret.
Semoga bermanfaat.

Sunday 28 July 2013

Mengenal Macam dan Jenis-jenis Fotografi





Sebelum kita membahas banyak tips dan trik dalam membuat karya fotografi ada baiknya jika saya sedikit berbagi tentang macam dan jenis-jenis fotografi yang saya ketahui.

Fotografi memiliki ruang lingkup yang sangat luas, oleh karenanya sangat disayangkan jika kita yang bergerak di bidang fotografi hanya membatasi diri terhadap beberapa jenis kategori saja.

Macam dan Jenis-jenis fotografi yang saya tulis dalam posting saya kali ini hanya menjelaskan pengelompokan secara garis besar, yang akan membantu mempermudah kita dalam memahami sebuah karya fotografi, dan bukan sebagai penggolongan yang paten untuk menghasilkan karya fotografi.
Beberapa macam dan jenis-jenis fotografi tersebut diantaranya :
FOTO MANUSIA
Foto manusia adalah semua foto yang obyek utamanya manusia, baik anak-anak sampai orang tua, muda maupun tua. Unsur utama dalam foto ini adalah manusia, yang dapat menawarkan nilai dan daya tarik untuk divisualisasikan. Foto ini dibagi lagi menjadi beberapa kategori yaitu :
  1. Portrait - Portrait adalah foto yang menampilkan ekspresi dan karakter manusia dalam kesehariannya. Karakter manusia yang berbeda-beda akan menawarkan image tersendiri dalam membuat foto portrait. Tantangan dalam membuat foto portrait adalah dapat menangkap ekspresi obyek (mimic, tatapan, kerut wajah) yang mampu memberikan kesan emosional dan menciptakan karakter seseorang.
  2. Human Interest - Human Interest dalam karya fotografi adalah foto yang menggambarkan kehidupan manusia atau interaksi manusia dalam kehidupan sehari-hari serta ekspresi emosional yang memperlihatkan manusia dengan masalah kehidupannya, yang mana kesemuanya itu membawa rasa ketertarikan dan rasa simpati bagi para orang yang menikmati foto tersebut. 
  3. Stage Photography - Stage Photography adalah semua foto yang menampilkan aktivitas/gaya hidup manusia yang merupakan bagian dari budaya dan dunia entertainment untuk dieksploitasi dan menjadi bahan yang menarik untuk divisualisasikan. 
  4. Sport - Sport atau foto olahraga adalah jenis foto yang menangkap aksi menarik dan spektakuler dalam event dan pertandingan olah raga. Jenis foto ini membutuhkan kecermatan dan kecepatan seorang fotografer dalam menangkap momen terbaik
FOTO NATURE
Dalam jenis foto nature obyek utamanya adalah benda dan makhluk hidup alami (natural) seperti hewan, tumbuhan, gunung, hutan dan lain-lain. Beberapa kategoti yang termasuk kedalam foto Nature diantaranya :
  1. Foto Flora - Jenis foto dengan obyek utama tanaman dan tumbuhan dikenal dengan jenis foto flora. Berbagai jenis tumbuhan dengan segala keanekaragamannya menawarkan nilai keindahan dan daya tarik untuk direkam dengan kamera.
  2. Foto Fauna - Foto fauna adalah jenis foto dengan berbagai jenis binatang sebagai obyek utama. Foto ini menampilkan daya tarik dunia binatang dalam aktifitas dan interaksinya.
  3. Foto Lanskap - Foto lanskap adalah jenis foto yang begitu popular seperti halnya foto manusia. Foto lanskap merupakan foto bentangan alam yang terdiri dari unsur langit, daratan dan air, sedangkan manusia, hewan, dan tumbuhan hanya sebagai unsur pendukung dalam foto ini. Ekspresi alam serta cuaca menjadi moment utama dalam menilai keberhasilan membuat foto lanskap
FOTO ARSITEKTUR
Kemanapun anda pergi akan menjumpai bangunan-bangunan dalam berbagai ukuran, bentuk, warna dan desain. Dalam jenis foto ini menampilkan keindahan suatu bangunan baik dari segi sejarah, budaya, desain dan konstruksinya. Memotret suatu bangunan dari berbagai sisi dan menemukan nilai keindahannya menjadi sangat penting dalam membuat foto ini. Foto arsitektur ini tak lepas dari hebohnya dunia arsitektur dan teknik sipil sehingga jenis foto ini menjadi cukup penting peranannya.

FOTO STILL LIFE
Foto still life adalah menciptakan sebuah gambar dari benda atau obyek mati. Membuat gambar dari benda mati menjadi hal yang menarik dan tampak “hidup”, komunikatif, ekspresif dan mengandung pesan yang akan disampaikan merupakan bagian yang paling penting dalam penciptaan karya foto ini. Foto still life bukan sekadar menyalin atau memindahkan objek ke dalam film dengan cara seadanya, karena bila seperti itu yang dilakukan, namanya adalah mendokumentasikan. Jenis foto ini merupakan jenis foto yang menantang dalam menguji kreatifitas, imajinasi, dan kemampuan teknis.

FOTO JURNALISTIK
Foto jurnalistik adalah foto yang digunakan untuk kepentingan pers atau kepentingan informasi. Dalam penyampaian pesannya, harus terdapat caption (tulisan yang menerangkan isi foto) sebagai bagian dari penyajian jenis foto ini. Jenis foto ini sering kita jumpai dalam media massa (Koran, majalah, bulletin, dll).

    Saturday 27 July 2013

    Menciptakan Karya Fotografi Bernilai





    Setiap orang mungkin bisa menggunakan kamera, menekan tombok Shutter dan menghasilkan foto yang "BAGUS" sesuai dengan kemampuan kamera jika di set secara Otomatis. Itu artinya bagus tidaknya hasil gambar ditentukan kamera? Saya rasa tidak.

    Bagus belum tentu bernilai tetapi sesuatu yang bernilai bisa dikatakan bagus. Lalu seperti apakah fotografi yang memiliki nilai seni ataupun nilai jual tersebut?

    Berikut saya gambarkan beberapa alasan mengapa sebuah Seni Fotografi ada yang bernilai Jutaan hingga Ratusan Juta Rupiah.

    Alasan-alasan tersebut diantaranya :
    1. Proses yang Sulit. Fotografi yang memiliki nilai jual yang tinggi biasanya memiliki proses yang tidak mudah untuk dibuat.
    2. Adanya Suatu Kerjasama. Kerjasama beberapa pihak seperti si Fotografer, Talent (Subjek yang akan di foto) serta beberapa tim pendukung dapat berpengaruh terhadap hasil yang nantinya bisa menjadi karya yang memiliki nilai jual yang tinggi, tentu saja harus memiliki perbedaan kepada hal yang tidak bisa dibuat oleh perorangan.
    3. Ide dan Kreatifitas yang Berbeda. Ide berupa konsep yang berbeda dan sulit untuk ditiru bisa berpengaruh terhadap hasil dengan tetap memperhatikan prinsip-prinsip seni Fotografi. Seperti halnya sesuatu yang langka akan bernilai mahal dibandingkan dengan hal-hal yang mudah untuk di dapatkan.
    4. Momentum. Pemilihan waktu yang tepat dan keterbatasan waktu bisa menjadi salah satu alasan sebuah seni fotografi memiliki nilai yang tinggi pula. Seperti halnya kejadian yang tidak bisa diulang dua kali. Ada hubungannya dengan pepatah "Hal yang paling berharga adalah waktu yang telah lewat. Kita tidak akan bisa membelinya kembali."
    5. Perlengkapan yang tidak sedikit. Memang bukan sebuah patokan utama bahwa mahalnya alat menjadi alasan hasil foto memiliki nilai jual yang tinggi, namun jika sebuah seni itu hanya bisa diciptakan oleh peralatan yang mahal bisa jadi menghasilkan karya seni yang mahal pula. Dengan catatan bahwa karya tersebut tidak bisa dibuat oleh alat yang biasa-biasa saja atau empat point di atas sudah dilewati.
    6. Kemasan. Foto yang bernilai jual tinggi biasanya dikemas dengan sangat apik. Kemasan tersebut bisa berarti layanan saat proses sampai dengan bisa dinikmati oleh mata yang terpajang dalam sebuah album atau bingkai yang tentu saja memiliki nilai seni.
    Nah itu tadi beberapa dari mungkin banyak alasan mengapa sebuah karya fotografi bisa termasuk ke dalam katergori karya seni bernilai jual.

    Semoga dapat menginspirasi kita semua.
    Salam.

    Friday 26 July 2013

    Memahami Bagaimana Sensitifitas ISO Bekerja





    ISO merupakan 1 dari 3 bagian penting pada Segitiga Exposure, pada artikel sebelumnya saya sudah sedikit membahas tentang ISO dan pada artikel ini mungkin akan sedikit saya tambahan untuk lebih memperluas pengetahuan kita di dunia fotografi.

    1. Sensitivitas ISO
    ISO sebenarnya merupakan singkatan, yang merupakan singkatan dari International Standards Organization, dan rating ISO bersama dengan kecepatan rana dan pengaturan aperture adalah tiga unsur yang menentukan eksposur akhir gambar fotografi. Rating ISO, yang berkisar di nilai 25-6400 (atau dibawah), menunjukkan kepekaan cahaya tertentu. Semakin rendah angkanya, semakin kurang sensitif terhadap cahaya stok film atau sensor gambar. Sebaliknya, jumlah yang lebih tinggi menunjukkan sensitivitas yang lebih tinggi terhadap cahaya, sehingga memungkinkan bahwa film atau sensor gambar untuk bekerja lebih baik dalam kondisi cahaya rendah.

    2. Sensitivitas ISO dan Noise pada Foto

    Dalam dunia fotografi analog atau film, ISO atau ASA dapat diartikan sebagai seberapa sensitifnya sebuah film pada cahaya. Ukuran yang digunakan menggunakan angka, dan pada saat itu terbatas pada 100, 200, 400, 800, 1600 dan 3200. Semakin rendah angka yang teretera pada film itu, berarti semakin rendah tingkat sensitifitasnya terhadap cahaya. Dengan kata lain, ISO dengan angka rendah hanya bisa digunakan pada tingkat cahaya yang tinggi. Akan tetapi, ISO dengan angka rendah mempunyai kelebihan memiliki tingkat grain atau noise yang sangat halus.

    Pada zaman fotografi digital, ISO mengukur sensitifitas dari sensor kamera, dan selebihnya menggunakan prinsip yang sama dengan fotografi analog, bahwa semakin rendah angka ISO semakin rendah sensitifitasnya dan semakin halus grain yang dihasilkan.


    3. Kecepatan ISO dan Motion Blur

    Untuk menghasilkan gambar yang sama-sama terang dengan ISO yang berbeda membutuhkan waktu merekam gambar yang berbeda, misalkan saya menggunakan ISO 400 membutuhkan kecepatan 1/100 Shutter Speed untuk menghasilkan gambar yang cukup cerah, jika saya ingin menghasilkan gambar yang sedikit Noise (bintik-bintik dalam gambar) dengan menggunakan ISO 100 berarti saya juga harus menurunkan kecepatan merekam cahayanya dan bisa jadi menggunakan kecepatan 1/25 dengan resiko menghasilkan gambar Motion Blur / Goyang / Shaking jika Subjek yang kita foto bergerak atau tidak diam.

    4. Kecepatan ISO dan Ukuran Gambar Sensor
    Kamera yang memiliki sensor Full Frame atau lebih besar memiliki lebih banyak partikel peka cahaya yang berarti memiliki kemampuan untuk menghasilkan gambar lebih cerah untuk pengambilan gambar dengan waktu yang sama jika dibandingkan dengan kamera yang memiliki ukuran sensor lebih kecil.
    5. Kualitas Gambar dan Sensitivitas ISO

    Seperti yang sudah dijelaskan pada penjelasan No. 2 di atas bahwa bila kita ingin menghasilkan gambar dengan kualitas grain / noise yang halus, kita harus menggunakan ISO sekecil-kecilnya, dalam hal ini 100, akan tetapi kita pun harus memperhatikan situasi pencahayaan disekitar kita, karena ISO 100 membutuhkan cahaya yang cukup terang. Dengan demikian penggunaan ISO sangat bergantung pada kondisi pencahayaan, serta shutter speed yang akan kita gunakan. Disaat kita mempunyai kendali penuh terhadap kamera yang akan kita gunakan, maka pemilihan ISO akan sangat berpengaruh terhadap shutter speed yang sudah saya bahas sebelumnya dan apperture yang akan saya bahas kemudian. Pengaturan ketiganya harus diselaraskan untuk mendapatkan exposure yang tepat.

    Pada saat akan memilih ISO yang digunakan, ada baiknya kita tanyakan dulu pada diri kita sendiri :
    1. Apakah subyek yang akan kita ambil cukup cahaya?
    2. Apakah gambar yang kita inginkan mempunyai grain halus atau kasar?
    Jadi pada saat kondisi pencahayaan tidak memungkinkan kita untuk menggunakan ISO rendah, kita harus menaikkan ISO pada tingkat yang memungkinkan kita untuk mengambil gambar. Akan tetapi resiko yang harus kita terima adalah, tingkat kehalusan gambar akan berkurang, atau akan timbul grain atau noise pada gambar yang dihasilkan.

    Tuesday 23 July 2013

    Memahami White Balance dalam Fotografi Digital





    White Balance (WB) merupakan salah satu pengaturan yang paling penting dalam sebuah Kamera Digital. Saya gambarkan ilustrasinya sebagai berikut : "Saya ingin memotret ombak di laut yang menghantam pantai dengan latar belakang langit mendung". Hal yang sangat menarik memang jika dibayangkan. Namun jika anda tidak menggunakan pengaturan White Balance (WB) yang benar pada Kamera Digital anda, anda mungkin akan mendapatkan hasil gambar yang berbeda dengan watna yang sebenarnya. Oleh karena itu, untuk menghasilkan gambar yang indah dan sesuai dengan kondisi sebenarnya, anda harus belajar secara efektif cara mengatur White Balance kamera digital anda.

    Beberapa hal yang perlu diketahui bagi anda untuk mengatur White Balance kamera digital anda diantaranya :

    1. Color Temperature (Temperatur Warna)
    Perhatikan gambar di bawah ini :
    Color Temperature White Balance Digital Camera
    Untuk memahami konsep White Balance, terlebih dahulu Anda harus memahami konsep temperatur warna. Suhu warna merupakan karakteristik dari cahaya yang dihasilkan (terlihat). Pada kamera digital tersedia metode yang menggambarkan karakteristik tersebut dan diukur/ dinyatakan dalam satuan Kelvin (K). Cahaya yang memiliki temperatur warnalebih tinggi akan memiliki lebih banyak cahaya biru atau nilai Kelvin lebih besar dibandingkan dengan cahaya rendah yang memiliki nilai Kelvin kecil. Tabel di atas menunjukkan suhu warna yang berasal dari berbagai sumber cahaya.

    2. Apa pengaruh sumber cahaya pada pengaturan White Balance terhadap hasil?
    Perhatikan kembali gambar di bawah ini :
    Perbandingan Hasil White Balance
    Jika anda perhatikan gambar di atas terdapat 3 perbandingan hasil berbeda berdasarkan sumber cahaya yang ada. Hal ini terjadi karena sumber cahaya memiliki temperatur yang berbeda. Pada foto yang diambil di bawah matahari pada siang hari seluruh spektrum cahaya akan membentuk warna putih (sindar matahari). Dalam kondisi seperti ini warna pada foto yang dihasilkan cenderung akan mendekati warna aslinya. Sebuah gambar yang diambil di bawah lampu pijar (tungsten) tanpa disesuaikan White Balance nya akan menhasilkan warna Orange kusam karena pembiasan cahaya. Demikian pula, gambar yang diambil di bawah lampu neon menghasilkan warna cerah kebiruan. Namun, anda mungkin akan mengubah warna sesuai yang diinginkan asalkan anda memahami benar pengaturan White Balance yang ada pada kamera digital anda.

    3. Mengapa perlu mengatur White Balance?
    Karena sumber cahaya yang berbeda memiliki warna yang berbeda, gambar yang diambil dengan pengaturan White Balance perlu dilakukan untuk mendapatkan hasil yang akurat sesuai dengan kondisi yang sesuai aslinya. Meskipun mata manusia secara otomatis menyesuaikan diri dengan sumber cahaya dan suhu yang berbeda tidak halnya pada kamera digital. Kamera perlu disesuiakan untuk menghasilkan reproduksi warna yang akurat.

    4. Setelen Pengaturan White Balance
    Pengaturan White Balance
    Di bawah ini terdapat beberapa pengaturan White Balance yang terdapat kamera digital pada umumnya. Pengaturan White Balance pada umumnya tersebut diantaranya adalah :

    Auto - Setelan Otomatis membantu anda dalam menyesuaikan White Balance secara Otomatis sesuai dengan kondisi pencahayaan yang berbeda, tetapi Anda juga dapat mencoba mode lain untuk mendapatkan hasil yang lebih baik.

    Tungsten - Mode ini digunakan untuk cahaya di bawah bohlam kecil seperti tungsten, dan sering digunakan saat pengambilan gambar dalam ruangan.

    Fluorescent - Mode ini digunakan untuk mendapatkan gambar lebih cerah dan hangat sementara mengkompensasi teduhnya cahaya neon.

    Daylight - Mode ini dapat digunakan untuk memotret di luar ruangan atau berada di bawah cahata matahari / pengaturan cahaya normal.

    Cloudy / Berawan - Mode ini sangat ideal saat pemotretan pada hari berawan. memungkinkan Anda untuk menangkap gambar yang lebih baik.

    Flash - Mode lampu kilat diperlukan bila ada pencahayaan memadai yang tersedia seperti lampu Flash. Mode ini membantu memilih White Balance tepat di bawah kondisi cahaya rendah.

    Shade - Pada lokasi pemotretan yang sumber cahayanya terhalang sebuah objek sehingga menghasilkan bayangan yang mengenai subjek umumnya menghasilkan suhu dingin atau gambar kebiruan, maka pengaturan White Balance ini Anda perlukan untuk menghangatkan lingkungan saat pemotretan dibawah objek yang menghalangi sumber cahaya.

    5. Manual White Balance
    Anda juga dapat menyesuaikan kamera digital Anda secara manual dengan menetapkan objek putih seperti kertas putih polos sebagai titik acuan. Hal ini dilakukan untuk menyesuaikan kamera membaca titik objek putih. Hal ini sangat dianjurkan untuk mengatur white balance sebelum pemotretan untuk mengimbangi kondisi pencahayaan berubah.

    Kesimpulan
    Beberapa orang mungkin menganggapnya amatir untuk jika masih menggunakan pengaturan Autopadahal mungkin ada saat-saat ketika kita terburu-buru dan tidak dapat menyesuaikan segala sesuatu secara manual. Tetapi ingat bahwa pengaturan Auto harus bisa kita jadikan patokan untuk menentukan tingkat lanjutnya agar kita lebih bisa mengeksplor terhadap hasil yang diinginkan menggunakan pengaturan manual.

    Semoga bermanfaat.

    Sunday 21 July 2013

    Pengukuran Cahaya (Metering Modes)





    Salah satu hal yang perlu dipahami bagi para pemula di dunia fotografi namun akan selalu berguna sampai anda menjadi seorang fotografer profesional adalah Mengukur Cahaya (Metering).

    Apa sih yang dinamakan metering? Untuk apa kita melakukan metering?

    Metering atau pengukuran cahaya berguna sebagai langkah pertama sebelum akhirnya kita menentukan Exposure yang tepat untuk melakukan pemotretan. Pada kamera DSLR biasanya terdapat Light Meter (Pengukur Cahaya) yang terdapat di dalamnya.

    Light meter di dalam kamera DSLR akan memberikan informasi gambaran kecerahan dan kekuatan cahaya yang dilihat oleh kamera menampilkan informasi yang didapatnya dan kemudian kita sebagai seorang fotografer menentukan Exposure yang tepat untuk melakukan pemotretan. Sebagai contohnya akan saya jelaskan melalui gambar di bawah ini :

    Light Meter Indikator Kamera DSLR
    Gambar di atas adalah ilustrasi Light Meter yang umumnya terdapat di Kamera DSLR. Pada kamera DSLR semi-Pro dan Professional biasanya terdapat pada bagian atas kamera yang juga ditampilkan dan terlihat saat kita melihat objek melalui Viewfender. Pada seri DSLR pemula biasanya terdapat pada layar LCD dan juga terdapat pada Viewfender saat melakukan pemotretan.

    Jika diperhatikan pada gambar di atas terdapat nilai 0 sebagai angka tengah kemudian -2 dan +2 yang mana hal tersebut berarti Light setiap batasan tersebut menggambarkan tingkat kecerahan cahaya yang dapat ditangkap oleh kamera DSLR anda.

    Sebagai contoh lagi saya akan menjelaskan sebagai berikut :
    Saat kita hendak melakukan pemotretan di sore hari di luar ruangan dengan kondisi cahaya terang ataupun gelap kita perlu menentukan Exposure yang tepat untuk melakukan pemotretan berdasarkan ukuran yang diterima kamera DSLR anda.

    Misalkan saya akan memotret dan menentukan ISO 100, Speed Shutter 1/125 dan Apperture f/8.5 untuk melakukan pemotretan, kemudian saat saya membidikkan kamera terhadap objek Light Meter menunjukkan pada angka di bawah 0 (Nol) artinya kamera akan mendapatkan gambar yang cenderung gelap tidak seperti yang dilihat oleh mata kita yang berarti kita harus mengatur ulang Exposure yang tepat agar gambar yang dihasilkan cerah sesuai kondisi sebenarnya. Kemudian saya merubah setingan dengan ISO 400, Speed 1/125 dan Apperture tetap di angka f/8.5 setelahnya Light Meter baru menunjukkan ukuran kecerahan tepat di Angka 0 (Nol) maka bisa dikatakan bahwa kamera menganggap bahwa cahaya yang diteruma kamera tersebut cukup cerah untuk kemudian kita kunci Exposurenya dan melakukan pengambilan gambar.

    Jadi dapat disimpulkan bahwa pengukuran cahaya atau biasa disebut Metering sangat penting bagi kita untuk menentukan Exposure yang tepat saat melakukan pemotretan. Saya contohkan kembali dengan kasus yang masih bergubungan dengan hal di atas.

    Jika saya memilih untuk tetap menggunakan ISO 100 karena mengharapkan hasil yang tidak Noise (berbintik) saya mengganti settingan pada yang lainnya misalkan Shutter Speed saya turunkan menjadi 1/25 sehingga sedikit lebih lambat namun akhirnya memberikan waktu lebih banyak untuk kamera menangkap cahaya. Light Meter pun akan memberikan informasi angka yang tepat terhadap apa yang diterimanya atas settingan Exposure yang kita atur sebelumnya.

    Kesimpulan kedua bahwa fungsi Metering pada Kamera DSLR membantu kita menentukan Exposure yang tepat sebelum melakukan pengambilan gambar. Namun perlu diketahui bahwa Metering memiliki beberapa jenis Metering (Metering Modes) yang perlu kita ketahui pula diantaranya :

    Center Weighted Metering
    Dalam mode ini, kamera mengukur cahaya informasi yang berasal dari tengah jendela bidik (juga menyerap data gambar dari sisa frame, tetapi komputer memberikan bahwa cahaya kurang penting). Pengaturan ini menyebabkan kamera untuk fokus pada subjek di tengah frame dan tidak terlalu dipengaruhi oleh latar belakang terlalu gelap atau terang atau sisi frame. Pengaturan ini sangat ideal untuk saat subjek berada di tengah frame, misalnya, potret, kucing tidur Anda, atau lampu rusak Anda setelah kecelakaan.

    Spot Metering Mode
    Ketika Anda melihat membidik objek melalui viewfender kamera DSLR biasanya ada serangkaian titik fokus didalamnya, jika anda memilih satu titik fokus untuk menentukan patokan Exposur utama sebuah objek, "Spot Metering Mode" bisa menjadi pilihan untuk digunakan dalam pengukuran cahaya. Pengaturan ini sangat ideal untuk digunakan pada objek kecil dalam bingkai atau pencahayaan yang mana objek latar belakang bersaing dengan subjek utama dan jika anda perlu untuk membidik pada apa yang telah dilihat mata Anda. Spot Metering mode layak untuk dijadikan patokan menentukan nilai Exposure berdasarkan ukuran objek yang kecil.

    Partial Metering Mode
    Partial metering mode hampir sama dengan Spot metering mode dimana pengukuran cahaya ditentukan berdasarkan satu titik pusat namun pada mode ini pengukuran cahaya sedikit diperluas dengan patokan titik pusat di tengah. Pada mode ini sangat ideal digunakan untuk memotret objek yang membelakangi cahaya dan sebagiannya besar objek menutupi background.

    Multi Zone Metering Mode
    Multi Zone Meterning Mode (juga disebut Matrix, evaluatif metering) adalah pengaturan default generik di mana meteran TTL mengukur cahaya dari semua titik frame yang kemudian kamera akan membuat perkiraan Nilai Exposure yang tepat sebelum anda melakukan eksekusi. Efektivitas dari matriks tersebut memiliki banyak hubungannya dengan komputer internal dan berapa banyak poin matriks yang hadir (misalnya 6-point atau 9-point matriks). Pengaturan dasar ini yang paling sering digunakan dalam situasi pada pencahayaan yang paling seragam / seimbang - seperti landscape - dan tidak ada highlights berlebihan atau bayangan gelap yang bisa "menipu" sensor.

    Semoga bermanfaat.

    Wednesday 17 July 2013

    Memahami Mode Pengambilan Gambar pada Kamera DSLR





    Saat anda memilih untuk membeli kamera DSLR anda akan mendapatkan beberapa fitur otomatis yang perlu anda ketahui setiap fungsinya sebelum anda mencoba mengembangkan diri dengan mode lanjutan (Manual Mode). Hal ini berguna ketika anda baru memulai atau memerlukan pilihan pengaturan cepat agar tidak kehilangan moment dan juga bisa sebagai perbandingan hasil yang nantinya bisa anda lakukan dengan pengaturan Manual Mode.

    Beberapa fitur otomatis yang umumnya terdapat di Kamera DSLR merek apapun yang akan coba saya jelaskan diantaranya adalah :

    Auto Mode
    1/640 - f/5.6 - 100 - Flash: Off
    Pada Auto Mode (Mode Otomatis) kamera akan menentukan sendiri Exposure yang digunakan sesuai kondisi yang diterma sensor melalui light meter (metering) kamera secara otomatis. Kamera akan menentukan Exposure (ISO, Apertur, Shutter Speed) untuk hasil terbaik menurut kamera dan bukan sesuai keinginan sang fotografer atau anda sebagai pemegang kamera tersebut. Untuk fotografer lanjutan dan profesional mode ini jarang digunakan kecuali ia hanya memiliki waktu yang singkat untuk menentukan Exposure yang tepat untuk menghasilkan gambar yang di dapat.

    Portrait Mode
    1/200 - f/4 - 200 - Flash: On
    Pada mode ini kamera akan berfikir dan menentukan objek yang berada paling dekat dengan kamera, menentukan kedalaman terbaik menjaga subjek manusia tetap fokus tetapi latar belakang kabur (blur). Jika kamera menganggap kondisi cahaya terhadap objek gelap, flash akan secara otomatis muncul. Flash juga kadang muncul walau dalam kondisi cerah, saat matahari berada dibelakang objek dan menimbulkan bayangan keras (gelap). Mode portrait juga umumnya merupakan mode otomatis terbaik untuk memotret objek / subjek manusia.

    Macro Mode
    1/200 - f/3.2 - 100 - Flash: On
    Mode Makro sangat berguna untuk mengambil foto dengan ukuran kecil. Tapi ingat bahwa mode makro tidak akan memberikan hasil terbaik jika anda tidak menggunakan lensa khusus Macro, untuk ini Anda akan memerlukan lensa makro. Mode makro terbaik akan bekerja dalam kondisi terang dan akan memilih kedalaman sempit untuk fokus terhadap subjek. Oleh karena itu, jika cahaya rendah, tripod sangat di rekomendasikan. Anda juga harus berhati-hati memilih titik fokus subjek dikarenakan sempitnya ruang fokus pada mode ini.

    Landscape Mode
    1/100 - f/16 - 100 - Flash: Off
    Pada mode Landscape, kamera akan menggunakan Apperture kecil ( f / Number Besar ) untuk menciptakan kedalaman fokus yang luas baik latar belakang (background) maupun objek yang ada di depan. Landscape mode sangat baik jika digunakan pada lensa lebar / Wide Lens.






    Sports Mode
    1/750 - f/9.5 - 200 - Flash: Off
    Karena olahraga adalah kegiatan cepat, Mode  akan memberikan kecepatan rana tinggi setidaknya 1/500 - 1/1000 detik. Dengan kecepatan rana tinggi ini sangat berguna untuk membekukan gerakan, dan itu berarti flash biasanya tidak diperlukan - mode ini dapat memberikan hasil terbaik saat cerah. Mode olahraga dapat bekerja dengan baik untuk mode pemotretan terus menerus (Continuous Shooting), di mana gambar diambil berurutan yang menghasilkan banyak gambar selama tombol rana tidak dilepas saat memotret.

    Night Portrait Mode
    1/5 - f/4 - 320 - Flash: On
    Pada mode ini, kamera akan mencoba untuk menyeimbangkan kegelapan latar belakang dengan kebutuhan cahaya untuk menerangi subjek di latar depan. Aperture akan terbuka cukup lebar untuk memungkinkan cahaya cukup dalam untuk menangkap latar belakang dan menjaga subjek tetap fokus, dan pada saat yang sama flash diperlukan untuk menerangi subejek dan menghindari blur. Kadang-kadang modus potret malam akan muncul lebih dari satu kali, menciptakan eksposur ganda yang tidak biasa terlihat.

    Advanced Camera Modes
    Pada kebanyakan kamera DSLR, akan terdapat mode lanjutan - M (Manual), AV (Aperture-Priority), TV atau S (Shutter-Priority) dan P (Programmed Auto). Manual memungkinkan fotografer untuk mengubah setiap pengaturan tunggal, Aperture-Priority memungkinkan fotografer untuk menetapkan nilai aperture dan kamera akan secara otomatis mengatur kecepatan rana yang tepat, TV memungkinkan fotografer memilih kecepatan rana pertama (misalnya ketika memotret olahraga) dan kamera secara otomatis mengatur aperture yang tepat. Sedangkan mode P-Program ini mirip dengan mode Auto - pengaturan shutter dan aperture ditentukan oleh kamera, tapi fotografer dapat menyesuaikan penembakan dan fungsi gambar rekaman / batas maksimal Auto Mode nya.

    Kesimpulan :
    Beberapa orang mungkin akan menganggap amatir saat seorang fotografer masih menggunakan mode Otomatis. Padahal mungkin ada saat-saat ketika kita berada pada waktu yang tidak memungkinkan untuk mengatur kamera secara Manual diakrenakan terburu-buru dan memiliki waktu yang singkat. Dan ingat pula bahwa menggunakan mode Otomatis ini akan mengajarkan Anda tentang fotografi dan pengaturan yang ideal untuk kondisi yang berbeda. Jika ragu, Anda dapat menggunakan mode Otomatis, kemudian barulah disesuaikan secara manual. Pengaturan otomatis yang ada untuk digunakan harusnya dapat dijadikan patokan terbaik untuk menentukan langkan anda dalam menentukan Exposur yang tepat sebagai seorang Fotografer tentunya.

    Wednesday 3 July 2013

    Nama dan Istilah pada Kamera DSLR





    Anda baru membeli kamera Digital SLR baru? Atau mungkin anda sudah mempunyai kamera DSLR anda cukup lama namun belum mengetahui nama beserta istilah-istilah yang ada di Kamera DSLR anda? Semoga posting saya di halaman ini dapat membantu anda untuk mengetahui istilah apa saja yang ada dan terdapat di Body Kamera kesayangan anda.

    Kontrol Kamera
    Sensor Gambar
    Lensa Kamera DSLR
    Mode Kamera DSLR
    Built-In Flash
    Sistem Bidik

    Semoga Ilustasi Gambar di atas dapat memberikan sedikit gambaran menu dan fungsi yang ada pada Kamera DSLR anda.

    Tuesday 2 July 2013

    Memahami Aperture dan Depth of Field





    Setiap kali berbicara tentang fotografi dan kamera, kata-kata Aperture serta depth of field akan sering sekali keluar. Nah dalam artikel ini belfot akan mencoba membantu anda memahami aperture dan depth of field sehingga cukup jelas bagi pemula.

    Memahami Aperture
    Definisi aperture adalah ukuran seberapa besar lensa terbuka (bukaan lensa) saat kita mengambil foto. Saat kita memencet tombol shutter, lubang di depan sensor kamera kita akan membuka, nah setting aperture-lah yang menentukan seberapa besar lubang ini terbuka. Semakin besar lubang terbuka, makin banyak jumlah cahaya yang akan masuk terbaca oleh sensor.

    Aperture atau bukaan dinyatakan dalam satuan f-stop. Sering kita membaca istilah bukaan/aperture 5.6, dalam bahasa fotografi yang lebih resmi bisa dinyatakan sebagai f/5.6. Seperti diungkap diatas, fungsi utama aperture adalah sebagai pengendali seberapa besar lubang didepan sensor terbuka. Semakin kecil angka f-stop berarti semakin besar lubang ini terbuka (dan semakin banyak volume cahaya yang masuk) serta sebaliknya, semakin besar angka f-stop semakin kecil lubang terbuka.

    Jadi dalam kenyataannya, setting aperture f/2.8 berarti bukaan yang jauh lebih besar dibandingkaan setting f/22 misalnya (anda akan sering menemukan istilah fully open jika mendengar obrolan fotografer). Jadi bukaan lebar berarti makin kecil angka f-nya dan bukaan sempit berarti makin besar angka f-nya.
    Memahami Depth of Field (DOF)
    Depth of field – DOF, adalah ukuran seberapa jauh bidang fokus dalam foto. Depth of Field (DOF) yang lebar berarti sebagian besar obyek foto (dari obyek terdekat dari kamera sampai obyek terjauh) akan terlihat tajam dan fokus. Sementara DOF yang sempit (shallow) berarti hanya bagian obyek pada titik tertentu saja yang tajam sementara sisanya akan blur/ tidak fokus.
    • Untuk mendapatkan DOF yang lebar gunakan setting aperture yang kecil, misalkan f-22 (makin kecil aperture makin luas jarak fokus) - lihat contoh foto diatas. Sementara untuk mendapat DOF yang sempit, gunakan aperture sebesar mungkin, misal f/2.8.
    • Konsep Depth of Field ini akan banyak berguna terutama dalam fotografi portrait dan fotografi makro, namun sebenarnya semua spesialisasi akan membutuhkannya.
    Perhatikan gambar di bawah ini!


    Semoga bermanfaat.

    Memahami Shutter Speed





    Secara definisi, shutter speed adalah rentang waktu saat shutter di kamera anda terbuka. Secara lebih mudah, shutter speed berarti waktu dimana sensor kita ‘melihat’ subyek yang akan kita foto. Gampangnya shutter speed adalah waktu antara kita memencet tombol shutter di kamera sampai tombol ini kembali ke posisi semula.
    Supaya mudah, kita terjemahkan konsep ini dalam beberapa penggunaannya di kamera :
    • Setting shutter speed sebesar 500 dalam kamera anda berarti rentang waktu sebanyak 1/500 (seperlimaratus) detik. Ya, sesingkat dan sekilat itu. Sementara untuk waktu eksposur sebanyak 30 detik, anda akan melihat tulisan seperti ini: 30’’
    • Setting shutter speed di kamera anda biasanya dalam kelipatan 2, jadi kita akan melihat deretan seperti ini: 1/500, 1/250, 1/125, 1/60, 1/30 dst. Kini hampir semua kamera juga mengijinkan setting 1/3 stop, jadi kurang lebih pergerakan shutter speed yang lebih rapat; 1/500, 1/400, 1/320, 1/250, 1/200, 1/160 … dst.
    • Untuk menghasilkan foto yang tajam, gunakan shutter speed yang aman. Aturan aman dalam kebanyakan kondisi adalah setting shutter speed 1/60 atau lebih cepat, sehingga foto yang dihasilkan akan tajam dan aman dari hasil foto yang berbayang (blur/ tidak fokus). Kita bisa mengakali batas aman ini dengan tripod atau menggunakan fitur Image Stabilization (dibahas dalam posting mendatang)
    • Batas shutter speed yang aman lainnya adalah: shutter speed kita harus lebih besar dari panjang lensa kita. Jadi kalau kita memakai lensa 50mm, gunakan shutter minimal 1/60 detik. Jika kita memakai lensa 17mm, gunakan shutter speed 1/30 det.
    • Shutter speed untuk membekukan gerakan. Gunakan shutter speed setinggi mungkin yang bisa dicapai untuk membekukan gerakan. Semakin cepat obyek bergerak yang ingin kita bekukan dalam foto, akan semakin cepat shutter speed yang dibutuhkan. Untuk membekukan gerakan burung yang terbang misalnya, gunakan mode Shutter Priority dan set shutter speed di angka 1/1000 detik (idealnya ISO diset ke opsi auto) supaya hasilnya tajam. Kalau anda perhatikan, fotografer olahraga sangat mengidolakan mode S/Tv ini.
    • Blur yang disengaja - shutter speed untuk menunjukkan efek gerakan. Ketika memotret benda bergerak, kita bisa secara sengaja melambatkan shutter speed kita untuk menunjukkan efek pergerakan. Pastikan anda mengikutkan minimal satu obyek diam sebagai jangkar foto tersebut.
    Semoga bermanfaat.

    Memahami Konsep ISO





    Secara definisi ISO adalah ukuran tingkat sensifitas sensor kamera terhadap cahaya. Semakin tinggi setting ISO kita maka semakin sensitif sensor terhada cahaya. Untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang setting ISO di kamera kita (ASA dalam kasus fotografi film), coba bayangkan mengenai sebuah komunitas lebah.
    1. Sebuah ISO adalah sebuah lebah pekerja. Jika kamera saya set di ISO 100, artinya saya memiliki 100 lebah pekerja.
    2. Dan jika kamera saya set di ISO 200 artinya saya memiliki 200 lebah pekerja.
    Tugas setiap lebah pekerja adalah memungut cahaya yang masuk melalui lensa kamera dan membuat gambar. Jika kita menggunakan lensa identik dan aperture sama-sama kita set di f/3.5 namun saya set ISO di 200 sementara anda 100 (bayangkan lagi tentang lebah pekerja), maka gambar punya siapakah yang akan lebih cepat selesai?
    Secara garis besar:
    1. Saat kita menambah setting ISO dari 100 ke 200 (dalam aperture yang selalu konstan - kita kunci aperture di f/3.5 atau melalui mode Aperture Priority - A atau Av), kita mempersingkat waktu yang dibutuhkan dalam pembuatan sebuah foto di sensor kamera kita sampai separuhnya (2 kali lebih cepat), dari shutter speed 1/125 ke 1/250 detik.
    2. Saat kita menambah lagi ISO ke 400, kita memangkas waktu pembuatan foto sampai separuhnya lagi: 1/500 detik.
    3. Setiap kali mempersingkat waktu esksposur sebanyak separuh, kita namakan menaikkan esksposur sebesar 1 stop.
    Anda bisa mencoba pengertian ini dalam kasus aperture, cobalah set shutter speed kita selalu konstan pada 1/125 (atau melalui mode Shutter Priority - S atau Tv), dan ubah-ubahlah setting ISO anda dalam kelipatan 2; missal dari 100 ke 200 ke 400 dan seterusnya, lihatlah perubahan besaran aperture anda.

    Perhatikan pula ilustrasi tabel di bawah ini!


    Semoga bermanfaat.